Wednesday, April 20, 2011

Jadikanlah Qiro’atul Qur’an sebagai Life Style Anda!

Oleh: Abdullah al-Mustofa*

“Maca Qur’an angen-angen sak maknane” (Membaca Qur’an dengan merenungkan maksudnya) adalah salah satu obat hati. Begitulah sepenggal teks lagu religi klasik berbahasa Jawa “Tombo Ati” menasehati. Hati yang sedih, gelisah, takut (kepada selain Allah), marah dan kuatir memerlukan obat. Hati yang tidak ridho, tidak puas, tamak, iri, dengki dan hasad juga membutuhkan obat. Salah satu obat mujarab yang telah ditawarkan Islam adalah dengan membaca Al-Qur’an dengan merenungkan maksud kandungan Al-Qur’an.

Namun sayangnya, ada sebagian umat Islam yang jarang bahkan sama sekali tidak pernah memanfaatkan obat yang telah diberikan penciptanya dan lebih memilih menggunakan beragam obat lainnya hasil karya ciptanya sendiri untuk mengobati hatinya, meskipun tanpa disadari sebenarnya pada kenyataannya obat-obat tersebut tidak atau kurang mujarab, atau efektif untuk sementara waktu saja. Salah satu obat yang seringkali mereka gunakan adalah hiburan dengan segala bentuk dan jenisnya baik yang bernuansa religi maupun yang tidak.

Hiburan Sebagai Obat Hati dan Pedoman Hidup
Di jaman yang sarat dan marak dengan hiburan yang semakin beragam jenis dan bentuknya, serta bisa didapat dengan mudah dan murah seperti sekarang ini hiburan tidak lagi sekedar berfungsi sebagai tontonan tapi telah menjadi kebutuhan, bahkan telah menjadi tuntunan. Menghibur diri dengan dan mendapatkan pedoman hidup dari hiburan telah menjadi gaya hidup (bahkan gaya hidup utama) manusia modern apapun ras dan agamanya tanpa terkecuali yang beragama Islam.

Sepanjang sejarahnya, manusia telah dan selalu mencari, menciptakan dan memanfaatkan hiburan untuk mengobati hatinya yang sedih, takut, kuatir, gelisah dan marah agar hatinya senang, bahagia, tenang dan tentram. Hingga di jaman ini, manusia juga memanfaatkan hiburan sebagai referensi untuk mendapatkan pedoman hidup dalam mengobati hatinya, menjalani kehidupan dan menyelesaikan problematika hidupnya. Aktivitas tersebut telah menjadi aktivitas yang penting dan utama, serta tidak bisa ditinggalkan oleh manusia modern.

Perlakuan Tidak Wajar Terhadap Hiburan
Sudah tidak sulit lagi menyaksikan ada sebagian manusia yang telah memperlakukan hiburan melewati batas kewajaran dan fungsinya. Hiburan telah menjadi dan mendapatkan prioritas dalam hidup. Hiburan masih mendapatkan jatah waktu meskipun waktu sudah dirasakan sempit dan habis. Hiburan masih mendapatkan jatah tempat di hati dan pikiran meskipun hati dan pikiran sudah letih dan terasa sudah penuh dengan masalah-masalah hidup dan serasa tidak ada tempat untuk hal-hal lainnya.

Demikian pula perlakuan terhadap alat-alat hiburan. Alat-alat hiburan juga masih mendapatkan jatah tempat di rumah meskipun harus dipaksakan membelinya dan dipaksakan mendapatkan jatah tempat di rumah meskipun sudah sesak dengan segala perabot dan alat-alat elektronik seperti televisi dan sound system.

Acuh Tak Acuh Terhadap Al-Qur’an
Sedangkan kebalikannya, Al-Qur’an tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Al-Qur’an tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan hiburan. Bahkan Al-Qur’an kalah dibandingkan dengan hiburan. Al-Qur’an digeser oleh hiburan! Al-Qur’an tidak dipedulikan! Sangat mudah menemukan Muslim-Muslim di zaman ini yang bersikap acuh tak acuh terhadap Al-Qur’an.

Acuh tak acuh terhadap Al-Qur’an bukan berarti tidak menghargainya secara fisik saja seperti merobek atau memasukkannya ke lubang WC. Acuh tak acuh bisa berarti lebih memprioritaskan hiburan seperti lagu, musik dan film dibandingkan Al-Qur’an untuk mengobati hatinya dan untuk mendapatkan petunjuk dalam mengobati hatinya, menjalani kehidupan dan mengatasi problem kehidupan. Bisa berarti memprioritaskan lagu-lagu religi dalam bahasa Arab atau bahasa lainnya dibandingkan Al-Qur’an untuk dibaca secara “munfarid” atau “jama’ah” dengan harapan bisa mendapatkan pahala. Bisa berarti tidak atau kurang membaca, mempelajari dan mengamalkannya. Bisa berarti tidak atau kurang memberikan jatah perhatian, waktu, tempat di hati atau “sekedar” jatah tempat di rumah untuk Al-Qur’an. Dan juga bisa berarti salah dalam mengamalkannya seperti menjadikannya sebagai jimat atau jampi-jampi.

Memperlakukan Al-Qur’an Secara Wajar
Hal itu tidaklah patut untuk Muslim karena Al-Qur’an harus diperlakukan dengan wajar dan sesuai dengan peran dan fungsinya. Perlakuan yang wajar adalah dengan mengfungsikannya sebagai rujukan utama dalam mengobati hati, dan lebih umum lagi dalam menjalani kehidupan dan mengatasi segala problem hidup baik secara personal maupun komunal. Memperlakukannya secara wajar adalah dengan tidak meragukan kebenaran Al-Qur’an, tidak mencari petunjuk hidup selain dari yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, tidak menomorduakan Al-Qur’an dan tidak memprioritaskan selainnya, tidak menggantikan Al-Qur’an dengan hiburan atau lainnya. Memperlakukannya secara wajar adalah dengan cara membaca, mempelajari dan mengamalkan keseluruhan isi Al-Qur’an secara rutin dan tiada henti setiap saat dalam kehidupan. Dengan memperlakukannya secara wajar sesuai peran dan fungsinya tentu ada manfaat yang besar dan banyak yang akan diterima dan dirasakan oleh para pelakunya.

Manfaat Membaca Al-Qur’an
Dua di antara manfaat membaca Al-Qur’an adalah hati menjadi tenang dan gembira, dan mendapatkan dua macam petunjuk dari Allah. Dengan membaca Al-Qur’an hati menjadi tenang dan gembira karena Al-Qur’an adalah bacaan dzikir terbaik. Dengan kata lain, membaca Al-Qur’an merupakan cara terbaik mengingat Allah. Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.

Dengan membacanya, Allah memberikan ketenangan dan kegembiraan hati kepada para pembacanya dengan dua jalan. Pertama, Allah membuat hati para pembacanya menjadi tenang dan gembira secara langsung. Dan kedua, hati mereka menjadi tenang dan gembira setelah mengetahui berbagai informasi dari Al-Qur’an meliputi cara menghadapi hidup dan janji-janji Allah bagi mukmin yang sabar dan tawakal.

Allah berfiman yang artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar [39]:23)

Allah berfiman yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28)

Allah berfiman yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.” (QS. Yunus [10]:57-58)

Dengan membaca Al-Qur’an para pembacanya juga akan mendapatkan dua macam petunjuk dari Allah. Jenis pertama adalah petunjuk yang langsung diberikan Allah berupa ilham yang dilhamkan ke dalam benak dan hatinya. Dan jenis kedua berupa berbagai ilmu dan informasi yang berharga, haq, valid, benar dan baik dari Al-Qur’an. Kedua petunjuk tersebut sangatlah penting dan bermanfaat dalam menghadapi kehidupan dengan segala problematikanya.

Allah berfiman yang artinya: “Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqoroh [2]:2)

Allah berfiman yang artinya: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mu’min.” (QS. Fushilat [41]:44)
Allah berfiman yang artinya: “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An-Naml [27]:77)

Allah berfiman yang artinya: “Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Qur’an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman.” (QS. An-Naml [27]:1-2)

Allah berfiman yang artinya: “Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. Az-Zumar [39]:23)

Kesimpulan dan Harapan
Mengingat betapa besar manfaat dan betapa pentingnya aktivitas membaca Al-Qur’an, sudah sepatutnya dan sewajarnya setiap pribadi Muslim menjadikan aktivitas Qiro’atul Qur’an (membaca Al-Qur’an) sebagai life style (gaya hidup) dan aktivitas utamanya dalam kehidupan sehari-hari. Mengfungsikan Al-Qur’an sebagai bacaan, referensi, sarana hiburan dan penenang utama. Memberikan pada Al-Qur’an (lebih banyak) jatah waktu, jatah tempat di hati dan pikiran. Tidak membaca surat tertentu saja seperti Surat Yasin, dan ayat tertentu saja misalnya Ayat Kursy. Tidak membacanya di hari tertentu saja seperti hari Kamis malam. Tidak membacanya di bulan tertentu saja seperti Ramadhan. Tidak membacanya di kesempatan tertentu saja. Dan tidak membacanya pada acara tertentu saja seperti acara khataman Al-Qur’an.

Dengan menjadikan aktivitas Qiro’atul Qur’an sebagai life style, mudah-mudahan kita tidak termasuk golongan yang acuh tak acuh terhadap Al-Qur’an seperti yang pernah dikuatirkan oleh Rasulullah saw. dan disebutkan ayat Al-Qur’an di bawah ini:

Allah berfiman yang artinya: “Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan” (QS. Al-Furqon [25 ]:30)
Sehingga kita tidak akan pernah menggantikan kitab suci kita dengan hiburan atau lainnya dalam berbagai sendi dan aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk ketika beribadah dan ketika berada di manapun termasuk ketika berada di tempat ibadah  Na’udzubillah min dzalik!

Tips Menjadikan Qiro’atul Qur’an sebagai Life Style:
  1. Memasukkan aktivitas membaca dan mempelajari Al-Qur’an ke dalam skedul aktivitas dan program hidup.
  2. Membuat jadwal khusus untuk, dan menetapkan target waktu dan target juz atau surat dalam membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
  3. Membuat kalender khusus yang memuat jadwal dan target (waktu dan juz/surat) membaca dan mempelajari Al-Qur’an, dan memberi tanda conteng pada kolom yang terdapat dalam kalender tersebut setiap hari dan setiap menyelesaikan satu juz atau surat.